Skip to content

Indonesian Coffee Geography Indices

Indikasi Geografis adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang dan/atau produk yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia atau kombinasi dari kedua faktor tersebut memberikan reputasi, kualitas, dan karakteristik tertentu pada barang dan/atau produk yang dihasilkan.

Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Kementrian Hukum & HAM RI

Asal-muasal karena tertarik dengan buah kopi di Batu Pahat (Malaysia) waktu itu, Haji Saleh berupaya membawa tanaman bibit kopi ke Sempian, desa Kedaburapat. Sekitar tahun 1942 Haji Saleh berupaya membeli bibit kopi untuk dibawa pulang ke Sempian mengunakan perahu layar dan ditanami kebun sendiri sebanyak 6 pohon. Setelah 6 pohon tersebut berkembang dan menghaslkan buah maka Haji Saleh berupaya membibitkannya untuk dijadikan cikal-bakal kebun kopi di Sempian, desa Kedaburapat. Dari sinilah awalnya perkebunan kopi Sempian, yang kemudian meluas. Dari buah kopi yang masak tersebut terus dikembangkan dan menjadi cikal-bakal Kopi Liberika Rangsang Meranti.

Poktan di Kecamatan Sukamakmur, Tanjungsari, Babakan Madang dan Cariu biasanya melakukan panen buah kopi pada bulan April sampai bulan Juni di setiap tahunnya, sedangkan di Poktan Cibulao panen dimulai bulan Juni sampai bulan September. Rata-rata produksi kopi di Kabupaten Bogor (750- 850) kg biji kopi/ha/tahun.

Kopi Arabika Sumatera Mandailing dihasilkan dari tanaman kopi arabika yang tanam di dataran tinggi tanah Mandailing meliputi ketinggian antara 900 – 1.400 mdpl. Pertanaman Kopi Arabika Sumatera Mandailing sebagian besar berada pada vegetasi sekitar hutan yang merupakan penyangga (buffer) dari Taman Nasional Batang Gadis. 

Pada tahun 1960 petani di kawasan Semende sudah mulai membudidayakan kopi secara luas dan menjadi komoditas utama sebagai sumber pendapatan petani seiring dengan semakin terbukanya kawasan Semende. Pada tahun 1980/1981 pemerintah memulai Proyek Peremajaan, Rehabilitasi dan Perluasan Tanaman Ekspor (PRPTE) dan pada saat itu dikembangkan jenis Arabika (benihnya dari Timur Timur) seluas 63 hektar dan pada tahun berikutnya mulai dikembangkan jenis kopi Robusta. Pada tahun 1986, Gubernur Sumatera Selatan memberikan bantuan bibit kopi yang dikenal dengan jenis Cik Ari dan kopi Arabika jenis Kartika 1 dengan asal pembibitan dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakoa Indonesia di Jember.  

Untuk mendapatkan informasi tentang kapan masuknya kopi jenis iberika untuk kali pertama ditanam di Tungkal ternyata tidaklah mudah. Berdasarkan keterangan dari beberapa tokoh masyarakat yang di himpun oleh tim MPIG dan pemerhati sejarah Kabupaten Tanjung Jabung Barat, bahwa bibit kopi liberika berasal dari Sabak Uni, Batu Pahat, Batu XIV Johor Baru Malaysia yang dibawa oleh Bapak Haji Sayuti warga Parit Lapis Desa Teluk Sialang yang sekarang bernama Kelurahan Mekar Jaya Kecamatan Betara Kabupaten Tanjab Barat lebih kurang 70 tahun yang lalu. Selanjutnya bibit kopi ditanam di Desa Teluk Sialang (sekarang Kelurahan Mekar Jaya) dan menyebar kebeberapa desa seperti desa Serdang, Bram Itam, Kecamatan Pangabuan dan Kecamatan Senyerang.

Sudah sejak lama kopi Robusta menjadi tanaman Primadona di kalangan petani di Kabupaten Dairi, dengan nama Kopi Sidikalang. Kopi Robusta Sidikalang mencapai masa keemasannya dengan harga menguntungkan petani sampai kemudian pada akhir tahun 1990-an, kemudian kopi robusta mengalami hama buah dan penggerek buah, sehingga petani kewalahan dalam mengantisipasi keadaan tersebut dan membiarkan tanaman kopi tanpa perawatan. Seiring berjalannya waktu petani kembali merawat kopi tersebut dikarenakan membaiknya kembali harga KopiRobusta Sidikalang. 

Kopi Arabika Java Sukapura Tasikmalaya adalah nama Indikasi Geografis (IG) yang diusung oleh Perkumpulan Petani Perlindungan Indikasi Geografis (PPPIG) Kopi Arabika Java Sukapura Tasikmalaya (KAJST), yang wilayah IG-nya tersebar di bagian Wilayah Utara hingga Barat Laut Kabupaten Tasikmalaya, dengan potensi luas lahan pengembangan sekitar 8.221 Ha, yaitu berupa hamparan potensi lahan budidaya kopi pada ketinggian wilayah 750 sd 1200 M-dpl, yang tersebar dari Gn. Cakrabuana (Kec. Pagerageung), Gn. Karaha Bodas (Kec. Kadipaten, Kec. Ciawi dan Kec. Sukahening), Gn. Galunggung (Kec. Cisayong, Kec. Sukaratu, Kec. Padakembang, Kec Leuwisari dan Kec. Sariwangi) serta Gn. Karacak (Kec. Cigalontang). 

Masyarakat petani kopi di Desa Podorukun Kecamatan Seponti Kabupaten Kayong telah mengembangkan 2 (dua) jenis varietas kopi Liberika, yaitu Liberika (Coffea liberica Varietas Lokal Liberikayong) dan Liberika Ekselsa (Coffea liberica Varietas Dewevrei).

Batas wilayah yang ditetapkan sebagai areal pertanaman Kopi Arabika Pasuruan terletak di kecamatan Prigen, Purwodadi, Tutur, Puspo, Lumbang, Purwosari, dan Tosari dengan ketinggian 900 s.d 1.700 meter dpl.

Tanaman kopi arabika yang dibudidayakan adalah kopi Sigarar Utang, Komasti, Linie S-795, Bourbon dan Tipika. Kopi ditanam di bawah pohon penaung dan dikombinasikan dengan tanaman lain.

Batas wilayah yang ditetapkan sebagai areal pertanaman Kopi Robusta Gunung Kelir Semarang terletak di kecamatan Jambu, Kecamatan Sumowono, Kecamatan Banyubiru, dan Kecamatan Bandungan dengan daerah terendah sebesar batas wilayah indikasi geografis kopi robusta Gunung Kelir Semarang.

Kopi Robusta Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan hidup subur di 10 Kecamatan dari 19 Kecamatan yang ada di Kabupaten OKU Selatan. Sementara ini Kopi Robusta OKU Selatan yang masuk dalam lingkup indikasi geografis hanya pada 8 kecamatan dan dibatasi di ketinggian diatas 300 mdpl.

Kopi Arabika Rumbia adalah biji atau bubuk hasil olahan dari buah kopi yang diperoleh dari tanaman Kopi arabika dari Jember dan varietas Lini S-795 serta Tipika yang ditanam di wilayah Kecamatan Rumbia.

Pengembangan pertanaman kopi arabika yang menghasilkan Kopi Arabika Pegunungan Dieng Banjarnegara berada di wilayah dataran tinggi bagian utara dengan ketinggian di atas 900 m dpl yang tersebar pada 68 desa dari 7 kecamatan di Kabupaten Banjarnegara yaitu di Kecamatan Karangkobar, Wanayasa, Pejawaran, Kalibening, Batur, Pagentan dan Pandanarum.

Bagi masyarakat sekitar wilayah Magelang, kopi yang berasal dari daerah Merapi Merbabu sudah dikenal cukup lama dengan berbagai macam nama merek dagang yang mengacu dari daerah asal kopi tersebut dihasilkan. Ada sebagian yang mengenal dengan Kopi Telomoyo, Kopi Kaliangkrik, Kopi Merbabu, Kopi Kahyangan dan banyak nama lain yang penyebutannya sangat berkaitan dengan wilayah origin kopi tersebut dihasilkan.

Kopi Robusta Pagar Alam dihasilkan dari seluruh wilayah Kota Pagar Alam yang terdiri dari lima kecamatan yaitu Kecamatan Dempo Selatan, Dempo Tengah, Dempo Utara, Pagar Alam Selatan dan Pagar Alam Utara. 

Wilayah penghasil produk Indikasi Geografis Kopi Robusta Merangin Sumatera saat ini mencakup 3 Kecamatan yaitu : Kecamatan Lembah Masurai, Kecamatan Jangkat, dan Kecamatan Jangkat Timur.

Kopi Robusta Flores Manggarai dihasilkan dari wilayah Manggarai Raya yang secara adminsitratif masuk dalam wilayah Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai Timur, dengan ketinggian wilayah tanam antara 600-1.400 mdpl.

Kopi Arabika asal Tapanuli Utara telah terkenal dan telah dipasarkan bukan hanya di wilayah Sumatera Utara tetapi juga telah diekspor ke Amerika, Eropa dan beberapa negara lain.

Tanaman kopi arabika yang berada di kawasan Hyang Argopuro berasal dari varietas-varietas kopi anjuran seperti Andungsari 2K (AS2K), dan S 795.

Varietas yang banyak ditanam di Toba adalah Tipika dan S 795. Varietas –varietas ini masih bertahan meski pun jumlahnya sangat sedikit. Adapun varietas yang banyak ditanam di Toba adalah kelompok Catimori, yaitu hasil perkawinan antara Cattura dan Bastar Timor, yang memiliki perawakan (habitus) pendek. Varietas-varietas keturunan Catimor yang ditanam adalah Sigarar Utang, Komasti dan Andung Sari 1. Beberapa petani sudah mulai menanam varietas yang memiliki perawakan tinggi, yaitu Gayo 1 dan Gayo 2.

Kawasan indikasi geografis kopi Robusta Kepahiang di Kecamatan Kabawetan daerahnya berada pada ketinggian 1.000–1.200 mdpl. Vegetasinya termasuk tanaman hutan, hortikultura dan tanaman pangan, serta kopi Robusta.  

Pengujian sifat-sifat khas Kopi Arabika Pulo Samosir berupa uji mutu dan profil citarasa dilakukan terhadap 12 contoh Kopi Arabika Pulo Samosir yang diolah dengan teknik OBGB. Asal contoh Kopi Arabika Samosir berasal dari areal pertanaman yang terdapat pada daerah Kriteria mutu fisik a. Kopi osas (green bean) Kopi Osas Kopi Arabika Pulo Samosir tergolong dalam Mutu 1 (Grade 1) menurut SNI.01.2907.2008, yaitu jumlah nilai cacatnya (physical defect) tidak melebihi angka 11. Kadar air maksimum 12,5 %, kadar kotoran maksimum 5 %, bebas dari serangga hidup, serta tidak berbau busuk dan tidak berbau kapang. b. Kopi sangrai (roasted bean) Derajat sangrai Kopi Arabika Pulo Samosir antara sedang (medium) sampai dengan gelap (dark), kadar air maksimum 7 %, dan kadar abu maksimum 5%. Kopi sangrai bebas dari bau busuk, bau kapang, bau tengik, dan bau asing (misal bau bahan kimia). c. Kopi bubuk (ground coffee) Derajat kehalusan bubuk kopi meliputi halus (fine), sedang (medium), dan kasar (coarse). Sesuai dengan SNI.01.3542.2004 pada kopi bubuk kadar air maksimum 7 %, dan kadar abu maksimum 5%. Kopi bubuk bebas dari bau busuk, bau kapang, bau tengik, dan bau asing (misal bau bahan kimia).

Kopi Arabika Sipirok yang berupa Kopi Gabah Basah memiliki ciri mutu fisik seperti sebagai berikut: a. Warna gabah putih sampai agak kekuningan, cerah dan seragam; b. Bau terkesan segar dan beraroma susu; c. Tidak berbau kapang, tidak berbau busuk dan tidak berbau benda asing; d. Tidak berjamur; e. Bebas dari benda asing; Aroma dan cita rasa yang khas tersebut muncul sebagai hasil interaksi antara tanaman kopi arabika dengan keadaan iklim dan tanah serta budaya masyarakat dataran tinggi Kabupaten Tapanuli Selatan dengan ketinggian lokasi diatas 900 m dari permukaan laut.

Kopi ini diperoleh dengan proses kopi buah merah minimal 95% di sortasi dengan manual dan perambangan dengan menggunakan air dilanjutkan dengan pulper untuk memisahkan kulit merah dengan buah. Buah ini disortir lagi untuk memisahkan kulit yang ikut/tersisa pada buah dan selanjutnya dilakukan fermentasi selama 12-36 jam, tergantung permintaan konsumen. untuk menghasilkan kopi olah basah giling kering dilakukan penjemuran kopi kulit tanduk sampai mencapai kadar air 11 – 12%. KAFM memiliki aroma herbal, floral dan spicy, dengan tingkat kekentalan sedang sampai dengan tinggi, keasaman bervariasi mulai dari kategori cukup tinggi sampai tinggi, dan rasa sweetness yang seragam tinggi. KAFM mempunyai rasa tidak pahit (bitter) dan tidak sepat (astringent), karena petani KAFM melakukan tata cara petik selektif (kopi gelondong merah saja yang dipetik) selama panen.

Kopi Arabika Sumatera Lintong merupakan kopi specialty dengan citarasa excellent yang memiliki aroma floral, spicy, caramelly, lemony, herba dan earthy yang sangat menarik. Diproses dari 100% buah kopi arabika yang masak merah sempurna yang dihasilkan di wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan. Varietas yang banyak digunakan adalah varietas Sigararutang yang merupakan varietas unggul lokal, Lini S 795, USDA 762 serta beberapa varietas unggul lokal lainnya seperti Lasuna dan Garunggang.  

Kopi robusta di Tambora pertama kali ditanam oleh pengusaha kopi asal Swedia pada tahun 1932 dengan luas tertanam sekitar 500 ha. Perkebunan kopi robusta di Tambora ini terletak di lembah bagian utara Gunung Tambora pada ketinggian tempat sekitar 700 mdpl. Penanaman kopi robusta dilakukan pada lahan untuk perkebunan yang disediakan oleh Raja Sanggar bernama Raja Abdullah.

Wilayah pertanaman Kopi Robusta Pupuan Bali terletak di 14 desa di Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali yang terletak pada ketinggian 500-900 m dpl dan wilayah ini sejak lama sudah dikenal sebagai penghasil kopi robusta yang bermutu dan bercita rasa tinggi.

Kopi Robusta Pinogu dihasilkan dari tanaman kopi Robusta yang ditanam di dataran tinggi Pinogu dengan ketinggian di sekitar 300-400 mdpl. Kawasan Pinogu berada di Pegunungan Tilongkabila.

Kopi Arabika Sumatera Koerintji dihasilkan dari tanaman Kopi Arabika di dataran tinggi provinsi Jambi di kaki Gunung Kerinci dengan ketinggian 1.400-1.800 mdpl. Kawasan budidaya Kopi Arabika Sumatera Koerintji saat ini meliputi 3 Kecamatan yaitu: Gunung Tujuh, Kayu Aro, dan Kayu Aro Barat.

Kabupaten Empat Lawang merupakan kabupaten termuda di Sumatera Selatan yang baru berdiri melalui pemekaran dari Kabupaten Lahat pada tahun 2007. Sejak Kabupaten Empat Lawang masih merupakan bagian dari Kabupaten Lahat, kopi robusta telah menjadi komoditi andalan masyarakat. Sebagai sentra kopi menjadikan kabupaten ini begitu melekat dengan aroma kopi. Di setiap sudut desa hingga kota, kopi menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan dari masyarakatnya. Tak heran jika kawo, sebutan kopi dalam bahasa setempat, dijadikan sebagai lambang Kabupaten Empat Lawang.

Menelusuri informasi mengenai awal mula masuknya kopi Robusta yang ditanam di wilayah Temanggung tidaklah mudah. Berdasarkan informasi dari Bapak Suroso yang berdomisili di Desa Gesing Kecamatan Kandangan yang saat ini berusia sekitar 70 tahun, penanaman kopi Robusta pertama kali dilakukan oleh perusahaan perkebunan Belanda yang bernama Tukbandung pada tahun 1919.

Zona produksi kopi Arabika Sumatera Simalungun terletak pada daerah dengan ketinggian 900-1.400 mdpl, yang meliputi kecamatan Raya, Purba, Haranggaol Horison, Silimakuta, Pamatang Silimahuta, Dolok Silau, Dolok Pardamean, Pamatang Sidamanik, dan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.

Zona produksi kopi Arabika Jawa Sindoro-Sumbing terletak di lereng gunung berapi Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Ini di Kabupaten Temanggung dan Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah

Zona produksi kopi Robusta Lampung terletak di Kabupaten Lampung Barat, Tanggamus, dan Way Kanan pada ketinggian 275-1.000 mdpl. Sumber Jaya merupakan salah satu kecamatan penghasil kopi robusta di Lampung Barat.
Daerah produksi kopi Arabika Toraja terletak di Kecamatan Bittuang, Gandang Batu Sillanan, Makale, Makale Selatan, Malimbong Balepe, Mappak, Mengkendek, Rano, Rembon, Saluputi, Kabupaten Tana Toraja dan Kecamatan Awan Rantekarua, Baruppu, Buntu Pepasan , Rindingallo, Sopai, Nanggala, Buntao, Balusu, Bangkelekila, Kapala Pitu, Sa’dan, Sesean Suloara, Rantebua, Denpina, Sesean dan Tikala di Kabupaten Toraja Utara, di Provinsi Sulawesi Selatan.

Kopi Arabika Java Ijen-Raung berasal dari perkebunan yang tumbuh di dataran tinggi Ijen-Raung pada ketinggian 900 mdpl. Tanaman kopi arabika dari dataran tinggi Ijen-Raung berasal dari berbagai jenis kopi pilihan. Kopi yang ditanam di bawah naungan ini ditanam dalam kombinasi dengan tanaman lain yang dipelihara secara organik. 

Priangan, lokasi budidaya dan produksi Kopi Arabika Java Preanger, adalah daerah pegunungan yang terletak di provinsi Jawa Barat di pulau Jawa di Indonesia. Meliputi Kabupaten Garut, Bandung, Bandung Barat dan Cianjur, serta di Kabupaten Bandung Barat, Purwakarta, Subang dan Sumedang.

Area produksi kopi Arabika Kalosi Enrekang terletak pada ketinggian 1.000–2.000 mdpl di lereng Pegunungan Latimojong, yang meliputi lima kecamatan yaitu Bungin, Baraka, Buntu Batu, Baroko dan Masalle di kawasan Enrekang.

Kopi yang ditanam di daerah dataran tinggi Ngada hanya berasal dari varietas Arabika. Produsen harus menggunakan cara khusus untuk membudidayakan tanaman kopi (penggunaan pupuk alami dan tanaman pelindung, kerapatan tanaman, tanpa pestisida, dll). 

Di kalangan masyarakat Karo yang tinggal di daerah ketinggian, tanaman kopi sudah dikenal sejak lama. Di Tanah Karo sendiri tidak diketahui secara pasti kapan tanaman kopi mulai dibudidayakan, namun berdasar informasi telah ada pembibitan kopi di Tanah Karo pada tahun 1830. Jenis kopi yang disemai saat itu dapat diduga adalah kopi Arabika. Dalam perjalanannya masyarakat juga menanam kopi Robusta di Tanah Karo yang oleh dikenal sebagai kopi Kahoa.

Kawasan pertanaman kopi Robusta di kabupaten Pasuruan merupakan daerah dataran menengah hingga dataran tinggi dengan kondisi topografi yang bervariasi mulai datar, berombak hingga bergunung. Variasi ketinggian antar desa sangat beragam, bahkan di dalam desa-desa tertentu perbedaan ketinggian antar kebun petani cukup mencolok.

Jayawijaya merupakan salah satu kabupaten di provinsi Papua Pegunungan yang areal pertanaman kopi arabikanya terletak pada ketinggian sekitar 1.600-2.000 mdpl. Berdasarkan ketinggian tempat menunjukkan bahwa Kopi Arabika Baliem Wamena memiliki mutu yang tinggi dengan keunikan citarasa yang khas. 

Dataran tinggi Gayo terletak di salah satu punggung bukit Bukit Barisan yang membentang di pulau Sumatera di bagian paling utara dan di tengah provinsi Aceh. Secara administratif, dataran tinggi Gayo meliputi Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues. Tiga kota utamanya adalah tiga ibu kota kabupaten, yaitu Takengon, Simpang Tige Redelong dan Blangkejeren.

Jenis kopi adalah Arabica  dengan varietas Kopyor, S795, dan USDA 762. Jarak tanam 2,5 X 2,5 m atau 1,600 pohon/ha, penaung tetap ditanam diantara pohon kopi. Pemupukan 1 (satu) tahun 2X dengan menggunakan pupuk kandang, juga boleh dengan kompos tanaman sayur, dan sama sekali tidak diperbolehkan dengan pupuk kimia. Pemangkasan kopi dilakukan melalui pemangkasan berbentuk batang tunggal dengan ketinggian sekitar 180 cm.

Catatan:

Sumber informasi dari pop-up yg muncul di peta adalah dari Peta Indikasi Geografis Dirjen Kekayaan Intelektual, Kemenkumham RI.

    2 Comments

    Leave a Reply to Iyan Cancel reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    en_USEnglish